Sunday 5 May 2013

Crafting

Beberapa waktu lalu, anak-anak berkarya dengan cat (2 minggu yang melelahkan, tapi menyenangkan) dan sekarang mereka mulai dengan lilin atau playdough. Perjuangan ekstra nih, ya persiapannya, ya eksekusinya. Ketika anak-anak suka, hadeuh... susah banget disuruh berhenti.
Untuk project craft 3 dimensi kali ini, anak-anak akan saya minta membuat bentuk dasar dulu. Setelah bisa membuat bentuk dasar, mereka akan bisa membuat apa saja. Insya Allah.
Bahan dasar untuk project craft kali ini adalah lilin atau plastisin atau playdough. Sekolah menyediakan lilin, tapi dengan kualitas yang ala kadarnya. Kandungan minyaknya relatif tinggi, sehingga cukup sulit membersihkan tangan setelah berkreasi dengan lilin ini. Selain itu, lilin yang saya dapat dari sekolah adalah lilin dengan ukuran cukup besar yang masih harus dilunakkan dulu, diuleni beberapa saat sampai cukup empuk, baru dipotong atau dibagi-bagi sesuai porsi yang diperlukan untuk anak-anak. Yang mau bawa sendiri dari rumah, tentu dipersilakan. Yang mau pakai lilin 'jatah' dari sekolah pun boleh. Walaupun saya tambahkan 'request' untuk ayah dan bunda. Tolong bawakan koran untuk alas meja (saya sudah minta koran berkali-kali ke perpustakaan sekolah untuk tugas ini-itu anak-anak kelas lain. Kali ini boleh ya, saya minta ayah/bunda bekali putra/putrinya dengan koran bekas, 1 edisi saja). Boleh bekali pula anak-anak dengan sabun tangan. InsyaAllah, saya pun akan bawakan sabun tangan (bukan stok dari sekolah yang kadang tak terlacak keberadaannya). Tapi jika anak-anak bawa sendiri, tentu tak perlu pula ngantri panjang  apalagi berebutan untuk mengambil sabun, apalagi ketika mereka harus menyabuni tangan berkali-kali karena minyak di tangan bekas lilin malam tak hilang-hilang. :p
Pendek kata, kita mengerjakan projek karya seni 3 dimensi ini di kelas. Bentuk dasar yang harus mereka kuasai adalah membuat bentuk bola, tetesan air, 'cacing', hingga daun. Pertama-tama mereka harus meremas-remas lilin malam menjadi 'adonan' yang homogen dan tidak lagi berbutir atau mudah terburai. Membuat bentuk bola dilakukan dengan memutar 'adonan' di antara kedua telapak tangan. Setelah bola, dilanjutkan dengan membuat bentuk tetesan air. Kali ini, satu sisi bola dibuat pipih dengan menggunakan tepian telapak tangan. Boleh juga menggunakan ujung jari untuk membentuk kerucut kecil di puncak 'tetesan'. Beberapa anak mulai merasa kesulitan saat membuat bentuk ini. Selanjutnya adalah bentuk 'cacing' yang bisa didapat dengan proses memilin atau menggiling lilin dengan telapak tangan di atas meja sebagai alasnya. Ini pun ternyata cukup sulit dilakukan oleh anak-anak kelas 1. Bentuk 'cacing' seringkali tak sukses terbentuk, putus-putus, atau suka-suka anak saja mereka buat dengan ukuran 'jumbo'. Hmm... Dan yang terakhir adalah bentuk daun yang pipih, didapat dengan menipiskan bola di telapak tangan. Tak jarang anak-anak membuat bentuk ini dengan ekstra tipis. Dan dalam keseluruhan proses, banyak sekali anak yang minta dibantu. Dengan demikian, saya tak sempat mengambil gambar saat proses pembelajaran berlangsung. Beberapa foto baru saya ambil setelah anak-anak selesai berkarya. Ini dia beberapa hasil karya mereka.

Saturday 4 May 2013

Painting? Hmm...

Beberapa waktu lalu, saya menyiapkan project Simple Painting untuk anak-anak kelas satu. Ah... bukan melukis, sebenarnya, hanya project berkarya dengan cat. Leaves Stamping gitu deh. Sesekali-lah, supaya anak-anak tidak bosan berkutat dengan crayon atau pensil warna melulu. Di sisi lain, perlu usaha ekstra nih dari gurunya. Resiko jadi guru ya? Haha... :p
Pekan sebelumnya anak-anak sudah 'berburu' sampel daun, menggambarnya di nota kecil mereka, yang sebetulnya terbuat dari lipatan kertas hvs biasa sih. Mereka sudah diwanti-wanti untuk tidak memetik satu daun pun, tapi baru boleh memetiknya (itu pun satu saja) di pekan berikutnya. Dan mereka patuh. Alhamdulillah. Semoga mereka mengerti alasan di baliknya.
Pendek kata, project 'Stamping' ini pun 'digelar'. Saya mencontohkan mencetak daun ke atas kertas dan anak-anak mengikuti. Tugas memetik daun, saya yang lakukan, agar tahu persis, daun seperti apa yang diinginkan. Saya ambil beberapa lembar daun bunga sepatu yang bentuknya memang cantik. Selain itu, saya minta juga beberapa anak untuk ke luar kelas dan memetik beberapa helai daun. Waaah, semua mau juga ikut pergi ke luar untuk memetik daun. Tapi akhirnya yang lain mau juga bersabar tetap tinggal di kelas dan berbagi tugas lain. Membagikan kertas, membagikan kuas, mengambilkan air, dan sebagainya. Ah... mereka begitu ingin membantu. Tapi mereka pun belajar berbesar hati ketika bantuan mereka belum diperlukan. Pendek kata, dengan diamnya mereka, itu pun sudah membantu lancarnya keseluruhan aktivitas simple stamping ini. 
Saya beri contoh dulu, bagaimana cara memoles warna di permukaan daun, lalu mencetaknya ke atas kertas. Beberapa dari mereka berkomentar, "Ganciiiil." Hihi... ada kata baru nih, gancil. ;) Kelihatannya memang gampang sih. Anak-anak laki-laki segera mengerjakan tugasnya. Sret sret sret, selesai!!! Dengan hasil khas anak kelas satu, dan 'bonus' adanya tumpahan air bilasan kuas di lantai, ekstra stempel daun di dinding dekat pintu kelas, dan tiga anak menangis gara-gara kejar-kejaran guling-gulingan di mushala ketika curi-curi waktu sesudah mencuci tangan. Cuci tangannya sih minta izin dan diizinkan, tentunya. Tapi guling-gulingannya tidak. Jadi kalau ada yang nangis, maaf-maaf... resiko ditanggung sendiri ya.
Sementara itu, anak-anak perempuan asyiiik sekali, susah disuruh berhenti ketika period Art sudah usai. Sudah nak, sudah saatnya dismissal. Mari cuci tangan dan pulang. Saya bantu tempelkan karya mereka satu-satu di space display yang tersedia di bagian belakang kelas. Ah... hasil harya mereka memang prima, rupanya. Bagus-baguus...!